From Success to significance and finishing well
Pada saat kita mau melayat teman, saudara atau relasi yang meninggal biasanya terdapat suasana berduka di rumah duka. Akan tetapi akan berbeda sekali kalau yang meninggal adalah orang sudah sangat sepuh dan kaya raya dan mempunyai anak cucu yang dapat meneruskan dan mengembangkan usaha sehingga menjadi semakin besar. Suasana rumah duka tidak bedanya dengan pesta pernikahan karena tidak ada kesedihan tetapi sukacita dan kerabat serta handai taulan memberikan eulogi pujian dan menceritakan kebaikan dari orang yang meninggal tersebut.
Biasanya konglomerat memulai usahanya dari bawah sekali, dengan kerja keras mengabaikan kesenangan dan berhemat membesarkan usahanya. Saya berteman dengan seorang anak konglomerat dimana dia bercerita waktu kecil tinggal dirumah sempit yang digabung dengan tempat usaha dengan tempat tidur seadanya. Dalam suatu percakapan teman saya itu berkata dia tidak tahu arti susah, karena usaha ayahnya yang dimulai dari tempat sempit semakin sukses dan berkembang besar sehingga semua kebutuhan tercukupi dengan mudah. Ini adalah tahap FROM NOTHING TO SOMETHING atau FROM ZERO TO SUCCESS.
Seorang yang sukses seperti itu akan memasuki tahap selanjutnya dimana usaha dijalankan oleh profesional dan anak-anaknya, maka kegiatan yang dilakukan adalah bersosialita dan beramal. Ada yang ikut perkumpulan golf, ada yang aktif dikeagamaan dan sosial sebagai donatur. Dimasa kedua ini lebih banyak memikirkan hidup yang bisa meninggalkan legacy atau warisan dan meninggalkan nama baik. Tahap ini kita sebut FROM SUCCESS TO SIGNIFICANCE.
Pada waktu kesehatan dan usia lanjut tidak memungkinkan melakukan banyak aktivitas maka tugas utama orang tua adalah memberi berkat dan nasehat kepada anak cucu sampai ajal memanggil. Selesailah tugas dan mengakhiri pertandingan dengan baik (fnishing well).
Apakah semua itu salah? Tentu saja tidak ada yang salah. Tetapi kalau itu diajarkan oleh para motivator dimana waktu muda berjuang dengan at any cost dengan cara apapun untuk menggapai kesuksesan maka itu akan bermasalah. Berapa banyak orang di dunia ini yang dapat mencapai kesuksesan yang diukur dari pandangan manusia? Persaingan disemua lini sangat ketat dan tidak mudah menggapai cita-cita.
Tuhan memberi perintah kepada anak-anak Nya untuk bekerja dan berkarya untuk memberi penghidupan yang layak bagi keluarga kita. Justru rasul Paulus menegur jemaat di Tesalonika agar jangan makan kalau tidak mau kerja. Tuhan tidak pernah menjanjikan kekayaan atau kesuksesan tetapi yang pasti Dia akan menyertai perjalanan hidup kita. Jadi seharusnya hidup kita tidak didefinisikan oleh karir dan kesuksesan kita. Keinginan Allah adalah jika kita semakin mengenal Dia yang pada akhirnya akan membentuk hidup kita.
Kita tidak dapat menuntut from nothing to something dan akhirnya everything, tetapi kewajiban sebagai anak Allah adalah percaya dan setia sampai akhir. Dia yang setia tidak pernah melupakan kita. Amin
Jakarta
Februari 2019
TR